Perbandingan pendidikan

Selasa, 28 Oktober 2014

Studi Kritis Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi Ilmu Kalam




MAKALAH
Studi Kritis Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi Ilmu Kalam”
Untuk memenuhi tugas ilmu kalam


Desen pengampuh:
Muhammad Nur Hadi, S.Ag, M.PdI
Nama kelompok 7:
-          Rosa ilma mufidah amalia.a (201386010036)
-          Dewi urmila (201386010039)
-          Lailatul munawaroh (201386010066)
-          Firdausi nuzula (201386010034)





PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2014








 
KATA PENGANTAR
Puji  dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini .
Makalah dengan judul Studi Kritis Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi Ilmu Kalam ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu kalam. Penyusunan makalah  ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui Studi Kritis Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi Ilmu Kalam dan yang mencakup di dalamnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik , diantaranya:
  1. Muhammad Nur Hadi, S.Ag, M.Pdi,selaku pendamping dalam pembuatan makalah.
  2. Segenap teman-teman yang telah memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
 Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan-kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan yang berguna untuk perbaikan dari laporan tersebut.






Pasuruan, oktober 2014

Kelompok 7   




 


Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... i
Bab I Pendahuluan................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.3 Tujuan....................................................................................................... 5
Bab II Pembahasan............................................................................................... 6
2.1 Pengertian Ilmu Kalam............................................................................. 6
2.2 Mengkaji Ilmu Kalam Dari Berbagai Aspek............................................ 6
2.2.1 Aspek Epistimologi Ilmu Kalam.................................................... 6
2.2.2 Aspek Ontologi Ilmu Kalam.......................................................... 8
2.2.3 Aspek Aksiologi Ilmu Kalam......................................................... 10
Bab III Penutup.................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 11
Daftar Pustaka....................................................................................................... 12



 
Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Ilmu kalam sebagaimana di ketahui mempunyai beberapa makna di antaranya berbicara, hukum, din islam. Sebagai produk pemikiran manusia, wacana-wacana yang dihasilkan oleh aliran kalam seperti halnya aliran pemikiran keislaman lainnya memiliki titik kelemeahan dan perlu mendapat kritikan yang memadai dan konstruktif. Diskursus ketuhanan yang tidak menyentuh persoalan-persoalan ril manusia yang kurang mendapat perhatian dari ilmu kalam merupakan titik kelemahan yang banyak disorot.
Secara garis besar, titik kelemahan ilmu kalam yang menjadi sorotan para pengkritiknya berputar pada tiga aspek, yaitu aspek epistimologi ilmu kalam, aspek ontologi ilmu kalam dan aspek akseologi ilmu kalam.
Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al-Quran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.
Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik,  hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awAli dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.
1.2  Rumusan masalah
1.2.1        Apa pengertian ilmu kalam?
1.2.2        Apa saja aspek kajian dalam ilmu kalam?
1.2.3        Apa pengertian aspek epistemologi, onologi dan akseologi?
1.3  Tujuan
1.3.1        Supaya kita dapat mengetahui pengertian ilmu kalam?
1.3.2        Agar kita bisa mengetahui aspek kajian dalam ilmu kalam?
1.3.3        Supaya kita dapat mengetahui pengertian aspek epistemologi,onologi, dan akseologi?






Bab II
Pembahasan
2.1  pengertian ilmu kalam
Ilmu kalam sebagaimana di ketahui mempunyai beberapa makna di antaranya berbicara, hukum, din islam. Sebagai produk pemikiran manusia, wacana-wacana yang dihasilkan oleh aliran kalam seperti halnya aliran pemikiran keislaman lainnya memiliki titik kelemeahan dan perlu mendapat kritikan yang memadai dan konstruktif. Diskursus ketuhanan yang tidak menyentuh persoalan-persoalan ril manusia yang kurang mendapat perhatian dari ilmu kalam merupakan titik kelemahan yang banyak disorot.
2.2  Mengkaji Ilmu Kalam Dari Berbagai Aspek Sebagai Berikut
2.2.1        Aspek Epistimologi Ilmu Kalam
Yang dimaksud epistimologi pada pembahasan ini adalah cara yang digunakan oleh para pemuka aliran kalam dalam menyelsaikan persoalan kalam, terutama ketika mereka menafsirkan al-qur’an. Kritikan terhadap aspek ini umpamanya dikemukakan oleh Taufiq adnan adnan amal dan syamsul rizal panggabean. Mereka menyangkut sisi kelemahan aliran kalam dam aspek metodologi.
Demi membela sudut pandang tertentu, penafsiran-penafsiran teologis umumnya tekah mendekati al-qur’an secara atomistik dan parsial serta terlepas dari konteks kesejarahan dan kesusastraannya. Pemaksaan gagasan asing kedalam al-quran juga merupakan gejala yang mewabah. Contoh penafsiran semacam ini, terlihat jelas dalam pandangan golongan Asy’ariyah mengenai keabsahan Al-Quran. Sebagaimana telah diketahui, pandangan mereka tentang ini merupakan tanggapan atas pandangan golongan mu’tazilah. Penekanan mu’tazilah pad akeesaan tuhan yang membuat mereka di gelari al-ahl-adl al-tauhid telah menyababkan mereka menolak doktrin keabadian al-qur’an sebagai mana yang diyakini golongan ahli sunah. Menurut mu’tazilah, al-qur’an adalah makhluk (ciptaan). Jika tidak demikian, tentulah ada yang abadi selain allah dan ini bertentangan dengan keesaan allah.
Golongan asy’ariyah percaya bahwa al-qur’an atau kalam Allah itu abadi (qadim). Al-quran merupakan perintah tuhan. kata kreatif kun(ada!) merupakan seluruh bentuk sifat kata yang abadi. untuk menjelaskan hal ini, mereka merujuk firman allah berikut ini
!$yJ¯RÎ) ÿ¼çnãøBr& !#sŒÎ) yŠ#ur& $º«øx© br& tAqà)tƒ ¼çms9 `ä. ãbqä3uŠsù ÇÑËÈ  
Artinya:“Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (Q.S Yasin [36]: 82)
Menurut golongan Asy’ariyah, ayat diatas menunjukan bahwa adanya perintah kreatif dan perkataan kreatif kun mendahului segala yang eksis (ada) di alam. Disamping itu,dengan berpijak pada firman Allah berikut ini:
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä br& tPqà)s? âä!$yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ¾Ín̍øBr'Î/ 4 §NèO #sŒÎ) öNä.$tãyŠ ZouqôãyŠ z`ÏiB ÇÚöF{$# !#sŒÎ) óOçFRr& tbqã_ãøƒrB ÇËÎÈ  
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bum, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur)(Q.S. Arrum [30]: 25)
Dengan ayat ini, mereka berdalih bahwa perintah Tuhan bukan hanya merupakan alat pencipta, tetapi juga pokok penegak ciptaan-Nya.
Aliran kalam yang banyak mendapat sorotan Adz-Dzahabi adalah khawarij, mu’tazilah, dan syi’ah yang dipandang banyak menakwilkan ayat-ayat Al-Quran secara tidak proporsional dan menyimpangkan makna teks-teks Al-Quran dari makna sebenarnya dengan tujuan untuk mendukung prinsip-prinsip yang diyakininya. Contohnya adalah penafsiran tokoh-tokoh khawarij terhadap firman Allah:
“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Q.S. Al-Maidah 5 : 44)
Tanpa menyebutkan alasannya, Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa para pemuka khawarij berusaha menafsirkan ayat diatas sesuai dengan pendapat madzhabnya, yakni bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar berarti telah mengambil keputusan hukum dengan hukuman selain yang diturunkan Allah. 
Tiap-tiap Aliran kalam memang mengklaim memiliki misi suci ketika menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Misalnya dengan faham menafikan sifat-sifat Allah dari keserupaan dengan Makhluk-Nya dan dalam rangka mempertahankan prinsip tauhid.
Menurut Amin Abdullah dimensi pemikiran teolog atau kalam sebenarnya lebih subtil, tidak clear-cut, lebih kaya nuansa, daripada hanya semata-mata diwarnai konspirasi politik. Keberagaman manusia tidak semata-mata terkurung oleh faktor sosiologis, politis, atau psikologis, tetapi juga termuat didalamnya nuansa pemikiran transedental filosofis.
2.2.2        Aspek Ontologi Ilmu Kalam
Harus diakui bahwa diskursus aliran-aliran kalam yang ada hanya berkisar pada persoalan-persoalan ketuhanan dan yang berkaitan dengannya yang terkesan “mengawang-awang” dam jauh dari persoalan kehidupan umat manusia. Kalaupun dipertahankan diskursus aliran kalam juga menyentuh persoalan kehidupan manusia,persoalan itu adalah sesuatu yang terjadi pada masa lampau, yang nota bene berbeda dengan persoalan-persoalan kehidupan manusia saat ini, ilmu kalam tidak dapat diandalkan untuk memecahkan persoalan-persoalan kehidupan manusia masa kini. Secara pasti teologi islam merupakan usaha intelektual yang peraturan koheren dan setia dengan isi yang ada dalam Al-Quran. Teologi harus memiliki kegunaan dalam agama apabila teologi itu fungsional dalam kehidupan agama. Disebut fungsional sejauh teologi tersebut dapat memberikan kedamaian intelektual dan spiritual bagi umat manusia serta dapat diajarkan pada umat.
Islam harus mampu meletakan landasan pemecahan terhadap problem kemanusiaan (kemiskinan, ketidakadilan, hak asasi manusia, ketidaberdayaan, dan sebagainya). teologi yang fungsional adalah teologi yang mampu memenuhi panggilan tersebut, bersentuhan dan berdialog, sekaligus menunjukan jalan keluar terhadap berbagai persoalan empirik kemanusiaan. Dalam wilayah tersebut, persoalan wanita, yang merupakan bagian integral dari yurisprudensi wanita tertumpu pula pada “teologi yurisprudensi
Tantangan kalam atau teologi Islam kontemporer adalah isu-isu kemanusiaan universal, pluralisme keberagamaan, kemiskinan struktural, kerusakan lingkungan, dan sebagainya. Teologi, dalam agama apapun yang hanya berbicara tentang Tuhan (teosentris) dan tidak mengaitkan diskursusnya dengan persoalan-persoalan kemanusiaan universal (antroposentris) , memiliki rumusan teologis yang lambat laun akan menjadi out of date.Al- Quran sendiri hampir dalam setiap diskursusnya selalu menyentuh dimensi kemanuisiaan universal.
Teologi Islam dan kalam yang hidup untuk era sekarang ini berdialog dengan realitas dan perkembangan pemikiran yang berjalan saat ini. Bukan Teologi yang berdialaog dengan masa lalu, apalagi masa silam yang terlalu jauh. Teologi Islam kontemporer tidak dapat dan tidak harus memahami perkembangan pemikiran manusia kontemporer yang diakibatkan oleh perubahan sosial yang dibawa oleh arus ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika ilmu kalam klasik berdialog dengan pemikiran dan bergaul dengan format pemikiran serta epistimologi yunani (Hellenisme), teologi Islam atau kalam modern harus bersentuhan dengan pemikiran dan falsafah  Barat lantaran falsafah barat  kontemporer itulah yang dibentuk dan diilhami oleh arus perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan iptek.
Diantara diskursus ilmu kalam yang menjadi bahan sorotan tajam para pemikir kontemporer adalah konstruksi ilmu kalam ala Asy’ariyah,  yaitu konsepsi mereka tentang hukum kausalitas. Sebagaimana diketahui oleh para peminat studi ilmu kalam Asy’ariyah,  yang kemudian dikokohkan oleh Al-Ghazali bahwa kausalitas tidak cocok dengan realita keilmuan yang berkembang dewasa ini. Pemikiran kausalitas ilmu kalam Asy’ariyahtidak kondusif untuk menumbuhkan etos kerja keilmuan, baik dalam wilayah ilmu-ilmu keagaman maupun humaniora.
2.2.3        Aspek Aksiologi Ilmu Kalam
Kritikan yang dialamatkan pada aspek akseologi ilmu kalam menyangkut pada kegunaan ilmu itu sendiri dalam menyingkap hakikat kebenaran. Al-Ghazali tidak serta merta menolak ilmu kalam, tetapi menggaris bawahi keterbatasan- keterbatasan ilmu ini sehingga menyimpulkan ilmu initidak dapat mengantarkan manusia untuk mendekati Tuhan. Hanya kehidupan sufilah yang dapat mengantarkan seseorang dekat dengan Tuhan. Alasan itulah yang menjadikan Ibn Taimiyah dengan penuh semangat menganjurkan kaum muslimin untuk menjauhi ilmu kalam seperti halnya orang menjauhi singa.
Bertolak dari kelemahan-kelemahan ilmu kalam di atas, tampaknya dekonstruksi terhadap ilmu kalam ini merupakan sebuah keniscayaan. Dekonstruksi tidak hanya berarti membongkar konstruksi yang sudah ada. Tujuan dekonstruksi adalah melakukan “demitologisasi” konsep atau pandangan-pandangan yang ada, yang telah menjadi “teks sakral” dan mitos keilmuan dalam dunia Islam.






  
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Ilmu kalam sebagaimana di ketahui mempunyai beberapa makna di antaranya berbicara, hukum, din islam. Ada tiga aspek studi dalam ilmu kalam, diantaranya Aspek epsitimologi, Aspek ontologi, dan aspek aksiologi.
Aspek epistimologi ilmu kalam yaitu cara yang digunakan oleh para pemuka aliran kalam dalam menyelesaikan persoalan kalam, terutama ketika mereka menafsirkan al-qur’an. Secara pasti teologi islam merupakan usaha intelektual yang peraturan koheren dan setia dengan isi yang ada dalam Al-Quran


 DAFTAR  PUSTAKA
Khudori Soleh, M. Abid al-Jabiri: Model Epistemologi Islam, dalam Buku Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003)
Syamsudin Arif, Orientalis dan Teologi Islam: Sketsa Awal, dalam Islamia, Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam, Vol II No. 3, Desember 2005
Mohammad Muslih, Pengantar Ilmu Filsafat, (Ponorogo: Darussalam Unniversity Press, 2008)
Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, tt)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar