Perbandingan pendidikan

Minggu, 26 Oktober 2014

Kalam Rasyidi dan Harun Hasution



 

“Biografi Dan Pemikiran kalam Rasyidi dan Harun Nasution”
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

 ILMU KALAM

Dosen Pengampu : Muhammad Nurhadi Mpdi









                                                                                                       



Di susun oleh :


                    Supriyanto                  201386010023
          Abdul Ghofur              201368010022                    
                   Kharisatur romziah      201386010010
                   Afiful karim zain        201386010069
                   Khoirotul Ianah           201386010068

Fakultas Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
SEMESTER TIGA
2014






KATA PENGANTAR


            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Bahasa Indonesia ini tepat waktu.
Makalah dengan judul “Biografi dan Pemikiran H.M. Rasyidi dan Harun Nasution” ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Ilmu Kalam yang diberikan oleh Muhammad Nurhadi.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Nurhadi selaku dosen Ilmu Kalam, terima kasih kepada anggota kelompok, serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.


Pasuruan,21 Oktober 2014


Tim Penyusun,


                                                                                                                       







i
 
 
DAFTAR ISI
Kata pengantar..............................................................................................               i
Daftar isi..................................................................................................................    ii
BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang…………………………………………….….......... 4
a.       Rumusan Masalah…....................................................... ...... 5
b.      Tujuan.................................................................................... 5         
BAB II
Pembahasan
A.    Biografi H.M. Rasyidi .............………………........................... ...    6
B.    Pemikiran H.M. Rasyidi …………………................................. ...... 6
C.    Biografi Harun Nasution.................................................................... 7
D.    Pemikiran Harun Nasution................................................................  8
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan ……………………………………………..……......... 10
Daftar Pustaka………………………………………………….……..........     ...         11




ii
 
 
BAB I
Pendahuluan
A.      Latar Belakang
Ilmu kalam udah kita kenal sejak zaman Khulafaur Rasyidin. Terjadinya peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang mengakibatkan penolakan Mu’awiyah atas ke khalifahan Ali bin Abi Thalib, sehingga terjadinya konflik politik.
Dari waktu kewaktu perkembangan ilmu kalam terjadi cukup pesat, sehingga muncul tokoh-tokoh pemikir kalam yang baru dengan pendapat yang berlainan, sehingga mengakibatkan problematika tentang ilmu kalam itu sendiri semakin serius untuk dikupas. Karena dengan adanya pemikiran baru menjadikan pemicu pimikiran  dan tanggapan dari berbagai tokoh tersebut.
Wawasan para tokoh ini akan bertambah dengan adanya permasalahan-permasalahan baru tentang ilmu kalam. Dengan perbedaan masing-masing karakter tokoh tersebut , maka banyak terjadi perbedaan pula dalam pemikiran ilmu kalam ini. Sebagai contoh , dalam makalah ini isya Allah akan di kupas tentang ilmu kalam yang hanya mengacu pada dua tokoh yaitu : HM. Rasyidi dan Harun Nasution. Namun , dalam makalah ini akan di bahas hanya tentang biografi dan pemikiran kalam dari kedua tokoh tersebut.









B.     Rumusan masalah
1.    Biografi HM. Rasyidi dan Harun Nasution
2.    Pemikiran kalam HM. Rasyidi dan Harun Nasution
C.     Tujuan
1.      Mengetahui Biografi HM. Rasyidi dan Harun Nasution.
2.      Mengetahui Pemikiran kalam HM. Rasyidi dan Harun Nasution

































BAB II
D.    Pembahasan
1.      Biografi H.M. Rasyidi
H.M. Rasyidi adalah mantan Mentri Agama Indonesia pada kabinet Sjahrir I dan Sjahrir II. Dia lahir tanggal 20 Mei 1915 – 30 Januari 2001, tinggal di kota Gede, Yogyakarta. Pendidikannya adalah falkultas Filsafat di Kairo, Mesir tanggal 1938, Universitas Sorbone, Paris ( Doktor, 1956 ), Guru pada Islamitische Middelbaare School ( Pesantren Luhur ), Surakarta ( 1939 -1941 ) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur Kantor Rabitah Alam Islami Jakarta.
2.      Pemikiran Kalam H.M. Rasyidi
a.         Tentang perbedaan Ilmu Kalam dan Teologi
Rasyidi menolak dari pandangan Nasution yang menyatakan bahwa ilmu kalam dan teologi adalah sama. Untuk itu Rasyidi mengungkapkan pendapatnya “....ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi dan ilmu kalam adalah teologi Kristen.[1]kemudian Rasyidi mencari sejarah mulai munculnya teologi. Pendapat Rasyidi bahwa, orang barat menggunakan istilah teologi sebagai indikasi tauhid atau kalam , sebab mereka tidak punya istilah  lain yang di pakai.

b.        Tema-tema ilmu kalam
Salah satu tema ilmu kalam yang di miliki oleh Harun Nasution dengan tema diskripsi aliran-aliran ilmu kalam yang kurang relevan dengan keadaan umat islam sekarang ini, menjadi kritikan bagi Rasyidi. Maka dari itu, Rasyidi mempunyai pendapat bahwa yang lebih ditonjolkan dari perbedaan Asy’ariyah dengan Mu’tazilah akan menjadikan lemahnya iman seorang mahasiswa, sepertti yang di lakukan oleh Harun Nasution.
c.         Hakikat iman
Diskrpsi yang di berikan oleh Nurcholis Madjid tentang percaya dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dan inti pengalaman dari sikap seseorang merupakan sikap apresiatif kepada Tuhan. Yang mana sikap ini disebut sebagai taqwa. Keadaan bersatunya hamba dengan Tuhannya akan tumbuh dengan adanya kesadaran apresiasi ketuhanan yang penuh[2]. Dari pernyataan tersebut Rasyidi berpendapat bahwa, bersatunya hamba dengan Tuhannya bisa tertuju bukan hanya dengan iman saja, tapi juga bisa dilihat dari dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan manusia yakni hidup bermasyarakat. Jadi yang terpenting dalam penyatuan itu adalah kepercayaan, ibadah, dan kemasyarakatan[3].
3.      Biografi Harun Nasution
Harun Nasution lahir hari Selasa tanggal 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya Jabar Ahmad, adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab jawi.
Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah Belanda HIS selama tujuh tahun, selama itu pula dia belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum. Dilingkungan keluarga, Harun memulai pendidikan agama dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya.[4] Beliau meneruskan pendidikannya ke MIK ( Modern Islamietishe Kweekschool ) di bukit tinggi pada tahun 1934. Setelah itu beliau melanjutkan ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Beliau juga kuliah di Universitas Amerika di Mesir. Kemudian pendidikannya di lanjutkan di Mc.Gili, Kanada pada tahun 1962.[5]
Setiba di tanah air pada tahun 1986, beliau langsung terjun dalam akademisi, yakni menjadi dosen di IAIN Jakarta, IKIP Jakarta dan Universitas Nasional.
4.      Pemikiran Harun Nasution
a.       Peranan akal
Harun Nasution memilih problematika akal dalam sisitem teologi Muhammad Abduh sebagai bahan disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada. Penentuan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran islam dalam sistem teologi sangat besar kecil untuk peranan akal. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian : “ Akal melambangkan kekuatan manusia “.
Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula kesanggupan untuk mengalahkan makhluk lain. Bertabah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.[6]
b.      Pembaharuan Teologi
Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution, pada dasarnya atas dasr asumsi kemunduran dan keterbelakangan umat Islam Indonesia ( juga dimana saja ) adalah disebabkan “ adanya yang salah “ dalam teologi mereka. Pandangan modernis sama dengan pandangan tersebut pendahuluannya ( Muhammad Abduh, Rasyid Ridho Al-Afghani, Sayid Amir Ali,dll ) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi islam yang sejati.menurut Harun Nasution, umat islam haruslah mengubah teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri. Tidak heran jika teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah islam klasik sendiri yakni teologi Mu’tazilah.[7]
c.       Hubungan akal dan wahyu
Harun Nasution menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal memilki kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an. Bagi orang yang beriman tidak usa menerima bahwa wahyu mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan.[8]
Didalam pemikiran Islam, di bidang ilmu filsafat, kalam maupun fiqih akal tidak pernah membatahkan wahyu, tapi akal teta tunduk pada teks wahyu. Interpretasi yang diberi akal terhadap wahyu ssesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi. Sebetulnya yang di permasalahkan dalam sejarah pemikiran Islam bukan akal dan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu. Jadi, yang menjadi permasalahan dalam Islam adalah pendapat akal ulama satu dengan ulamalain. [9]

















BAB III
Penutup
E.     Kesimpulan
H.M. Rasyidi berpandangan bahwa ilmu kalam tidak sama dengan teologi, sedangkan Harun Nasution yang mengagungkan akal yang dapat mengetahui baik dan buruk dilihat dari perkembangan zaman. Tentang iman Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar bersatunya manusia dengan Tuhan,tetaip juga dapat dilihat dari dimensi konsekunsial atau hubungan manusia dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat.























Daftar Pustaka
H.M. Rasyidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution, tentang “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”( Jakarta: Bulan Bintang,1977), hal. 32
H.M. Rasyidi, koreksi terhadap Dr. Nurcholis Madjid tentang sekularisasi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 61.
Abdul Halim. Teologi Islam Rasional. (Jakarta: Ciputat Pers, 2001) hal.3
Abdul Rozak,Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003) hal. 240.



[1] H.M. Rasyidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution, tentang “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”( Jakarta: Bulan Bintang,1977), hal. 32
[2] H.M. Rasyidi, koreksi terhadap Dr. Nurcholis Madjid tentang sekularisasi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 61.
[3] Ibid hal 63.
[4] Abdul Halim. Teologi Islam Rasional. (Jakarta: Ciputat Pers, 2001) hal.3
[5] Abdul Rozak,Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003) hal. 240.
[6] Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Pres, 1953) hal 6.
[7] Mansoer Faqih, Mencari Teologi Tertindas (Kidmad Dan Kritik) Untuk Guruku Prof. Harun Nasution, dalam Suminto, hlm.167
[8] Anwar, Rosihan dan Abdul Razak, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka setia 2003) hal 243.
[9] Nurcholis Madijd. Teologi Islam Rasional “ Apresiasi terhadap Wacana Praktis Harun Nasution” (Ciputat:cetakan, 2005), hal. 234

Tidak ada komentar:

Posting Komentar