“Biografi Dan Pemikiran kalam
Rasyidi dan Harun Nasution”
Di
Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU KALAM
Dosen Pengampu : Muhammad Nurhadi
Mpdi
Di susun oleh :
Abdul Ghofur 201368010022
Kharisatur romziah 201386010010
Afiful karim zain 201386010069
Khoirotul Ianah 201386010068
Fakultas Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
SEMESTER TIGA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita
hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah pada mata kuliah Bahasa Indonesia ini tepat waktu.
Makalah dengan judul “Biografi dan Pemikiran
H.M. Rasyidi dan Harun Nasution” ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas mata
kuliah Ilmu Kalam yang diberikan oleh Muhammad Nurhadi.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak
Nurhadi selaku dosen Ilmu Kalam, terima kasih kepada anggota kelompok, serta
pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi pembaca sekalian.
Pasuruan,21
Oktober 2014
Tim Penyusun,
|
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................. i
Daftar
isi.................................................................................................................. ii
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang…………………………………………….….......... 4
a.
Rumusan Masalah…....................................................... ...... 5
b.
Tujuan.................................................................................... 5
BAB II
Pembahasan
A.
Biografi H.M.
Rasyidi .............………………........................... ... 6
B.
Pemikiran H.M.
Rasyidi …………………................................. ...... 6
C.
Biografi Harun Nasution.................................................................... 7
D.
Pemikiran Harun
Nasution................................................................ 8
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
……………………………………………..……......... 10
Daftar Pustaka………………………………………………….…….......... ... 11
|
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ilmu kalam udah
kita kenal sejak zaman Khulafaur Rasyidin. Terjadinya peristiwa pembunuhan
Utsman bin Affan yang mengakibatkan penolakan Mu’awiyah atas ke khalifahan Ali
bin Abi Thalib, sehingga terjadinya konflik politik.
Dari waktu kewaktu
perkembangan ilmu kalam terjadi cukup pesat, sehingga muncul tokoh-tokoh
pemikir kalam yang baru dengan pendapat yang berlainan, sehingga mengakibatkan
problematika tentang ilmu kalam itu sendiri semakin serius untuk dikupas.
Karena dengan adanya pemikiran baru menjadikan pemicu pimikiran dan tanggapan dari berbagai tokoh tersebut.
Wawasan para tokoh
ini akan bertambah dengan adanya permasalahan-permasalahan baru tentang ilmu
kalam. Dengan perbedaan masing-masing karakter tokoh tersebut , maka banyak
terjadi perbedaan pula dalam pemikiran ilmu kalam ini. Sebagai contoh , dalam
makalah ini isya Allah akan di kupas tentang ilmu kalam yang hanya mengacu pada
dua tokoh yaitu : HM. Rasyidi dan Harun Nasution. Namun , dalam makalah ini
akan di bahas hanya tentang biografi dan pemikiran kalam dari kedua tokoh
tersebut.
B. Rumusan masalah
1.
Biografi HM.
Rasyidi dan Harun Nasution
2.
Pemikiran kalam HM.
Rasyidi dan Harun Nasution
C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi HM. Rasyidi dan Harun
Nasution.
2. Mengetahui Pemikiran kalam HM.
Rasyidi dan Harun Nasution
BAB
II
D. Pembahasan
1. Biografi H.M. Rasyidi
H.M. Rasyidi adalah mantan Mentri
Agama Indonesia pada kabinet
Sjahrir I dan Sjahrir II. Dia lahir tanggal 20 Mei 1915 – 30 Januari 2001,
tinggal di kota Gede, Yogyakarta. Pendidikannya adalah falkultas Filsafat di
Kairo, Mesir tanggal 1938, Universitas Sorbone, Paris ( Doktor, 1956 ), Guru
pada Islamitische Middelbaare School ( Pesantren Luhur ), Surakarta ( 1939
-1941 ) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur Kantor Rabitah Alam Islami
Jakarta.
2. Pemikiran Kalam H.M. Rasyidi
a.
Tentang perbedaan
Ilmu Kalam dan Teologi
Rasyidi menolak dari pandangan Nasution yang menyatakan
bahwa ilmu kalam dan teologi adalah sama. Untuk itu Rasyidi mengungkapkan
pendapatnya “....ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi dan ilmu kalam
adalah teologi Kristen.[1]kemudian
Rasyidi mencari sejarah mulai munculnya teologi. Pendapat Rasyidi bahwa, orang
barat menggunakan istilah teologi sebagai indikasi tauhid atau kalam , sebab
mereka tidak punya istilah lain yang di
pakai.
b.
Tema-tema ilmu
kalam
Salah satu tema ilmu kalam yang di miliki oleh Harun
Nasution dengan tema diskripsi aliran-aliran ilmu kalam yang kurang relevan
dengan keadaan umat islam sekarang ini, menjadi kritikan bagi Rasyidi. Maka
dari itu, Rasyidi mempunyai pendapat bahwa yang lebih ditonjolkan dari
perbedaan Asy’ariyah dengan Mu’tazilah akan menjadikan lemahnya iman seorang
mahasiswa, sepertti yang di lakukan oleh Harun Nasution.
c.
Hakikat iman
Diskrpsi yang di berikan oleh Nurcholis Madjid tentang
percaya dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dan inti pengalaman dari sikap
seseorang merupakan sikap apresiatif kepada Tuhan. Yang mana sikap ini disebut
sebagai taqwa. Keadaan bersatunya hamba dengan Tuhannya akan tumbuh dengan
adanya kesadaran apresiasi ketuhanan yang penuh[2].
Dari pernyataan tersebut Rasyidi berpendapat bahwa, bersatunya hamba dengan
Tuhannya bisa tertuju bukan hanya dengan iman saja, tapi juga bisa dilihat dari
dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan manusia yakni hidup
bermasyarakat. Jadi yang terpenting dalam penyatuan itu adalah kepercayaan,
ibadah, dan kemasyarakatan[3].
3. Biografi
Harun Nasution
Harun Nasution lahir
hari Selasa tanggal 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya Jabar Ahmad, adalah
seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab jawi.
Pendidikan formalnya
dimulai dari sekolah Belanda HIS selama tujuh tahun, selama itu pula dia
belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum. Dilingkungan keluarga, Harun
memulai pendidikan agama dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya.[4]
Beliau meneruskan pendidikannya ke MIK ( Modern Islamietishe Kweekschool )
di bukit tinggi pada tahun 1934. Setelah itu beliau melanjutkan ke Universitas
Al-Azhar, Mesir. Beliau juga kuliah di Universitas Amerika di Mesir. Kemudian
pendidikannya di lanjutkan di Mc.Gili, Kanada pada tahun 1962.[5]
Setiba di tanah air
pada tahun 1986, beliau langsung terjun dalam akademisi, yakni menjadi dosen di
IAIN Jakarta, IKIP Jakarta dan Universitas Nasional.
4. Pemikiran
Harun Nasution
a. Peranan
akal
Harun Nasution memilih
problematika akal dalam sisitem teologi Muhammad Abduh sebagai bahan
disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada. Penentuan dinamis atau
tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran islam dalam sistem teologi sangat
besar kecil untuk peranan akal. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution
menulis demikian : “ Akal melambangkan kekuatan manusia “.
Bertambah tinggi akal
manusia, bertambah tinggi pula kesanggupan untuk mengalahkan makhluk lain.
Bertabah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya
untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.[6]
b. Pembaharuan
Teologi
Pembaharuan teologi
yang menjadi predikat Harun Nasution, pada dasarnya atas dasr asumsi kemunduran
dan keterbelakangan umat Islam Indonesia ( juga dimana saja ) adalah disebabkan
“ adanya yang salah “ dalam teologi mereka. Pandangan modernis sama dengan
pandangan tersebut pendahuluannya ( Muhammad Abduh, Rasyid Ridho Al-Afghani,
Sayid Amir Ali,dll ) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi islam
yang sejati.menurut Harun Nasution, umat islam haruslah mengubah teologi yang
berwatak free-will rasional, serta mandiri. Tidak heran jika teori modernisasi
ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah islam klasik sendiri yakni
teologi Mu’tazilah.[7]
c. Hubungan
akal dan wahyu
Harun Nasution
menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi
keduanya tidak bertentangan. Akal memilki kedudukan yang tinggi dalam
Al-Qur’an. Bagi orang yang beriman tidak usa menerima bahwa wahyu mengandung
segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan.[8]
Didalam pemikiran
Islam, di bidang ilmu filsafat, kalam maupun fiqih akal tidak pernah
membatahkan wahyu, tapi akal teta tunduk pada teks wahyu. Interpretasi yang
diberi akal terhadap wahyu ssesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi.
Sebetulnya yang di permasalahkan dalam sejarah pemikiran Islam bukan akal dan
wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu. Jadi, yang menjadi
permasalahan dalam Islam adalah pendapat akal ulama satu dengan ulamalain. [9]
BAB III
Penutup
E. Kesimpulan
H.M. Rasyidi berpandangan bahwa ilmu kalam tidak
sama dengan teologi, sedangkan Harun Nasution yang mengagungkan akal yang dapat
mengetahui baik dan buruk dilihat dari perkembangan zaman. Tentang iman Rasyidi
mengatakan bahwa iman bukan sekedar bersatunya manusia dengan Tuhan,tetaip juga
dapat dilihat dari dimensi konsekunsial atau hubungan manusia dengan manusia,
yakni hidup dalam masyarakat.
Daftar Pustaka
H.M. Rasyidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution, tentang “Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”( Jakarta: Bulan Bintang,1977), hal. 32
H.M. Rasyidi, koreksi terhadap Dr. Nurcholis Madjid tentang
sekularisasi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 61.
Abdul Halim. Teologi Islam Rasional. (Jakarta: Ciputat Pers, 2001)
hal.3
Abdul Rozak,Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003) hal. 240.
[1] H.M.
Rasyidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution, tentang “Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya”( Jakarta: Bulan Bintang,1977), hal. 32
[2] H.M.
Rasyidi, koreksi terhadap Dr. Nurcholis Madjid tentang sekularisasi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977), hal. 61.
[3] Ibid hal
63.
[4] Abdul
Halim. Teologi Islam Rasional. (Jakarta: Ciputat Pers, 2001) hal.3
[5] Abdul
Rozak,Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003) hal. 240.
[6] Harun
Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta:
UI Pres, 1953) hal 6.
[7] Mansoer
Faqih, Mencari Teologi Tertindas (Kidmad Dan Kritik) Untuk Guruku Prof. Harun
Nasution, dalam Suminto, hlm.167
[8] Anwar,
Rosihan dan Abdul Razak, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka setia 2003) hal 243.
[9]
Nurcholis Madijd. Teologi Islam Rasional “ Apresiasi terhadap Wacana Praktis
Harun Nasution” (Ciputat:cetakan, 2005), hal. 234
Tidak ada komentar:
Posting Komentar