(Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam)
Dosen
Pengampu:
Muhammad
Nur Hadi, M.PdI
Kelompok
5 :
1.
M.
Imron Chanafi (201386010021)
2.
Imatuz
Zahiro (201386010013)
3.
Hadi
Mulyono (201386010011)
4.
Siti
Juwariyah (201386010016)
5.
M.
Idris Hidayatulloh (201386010025)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
SENGONAGUNG PURWOSARI PASURUAN
2014
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pemberi
petunjuk, saya telah berhasil menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Ilmu
Kalam”. Makalah ini membahas keagungan dan keEsaan allah.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah memahamkan pada diri
seseorang bahwa firman dan ke-Esaan allah itu perlu dalam pengalaman kita.
Selama proses menyelesaikan makalah tersebut, penulis
sadar akan keterbatasan pengetahuan penulis, dan penulis mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menulis makalah
tersebut, kepada orang tua penulis yang telah membantu menyumbangkan pendapat
dan saran bagi penulis, kepada dosen pembimbing penulis Bapak M Nur hadi yang telah membimbing penulis dan membantu
penulis dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Dalam
pembuatan makalah tersebut, mungkin masih ada kesalahan-kesalahan yang penulis
lakukan, baik kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja, kesalahan dalam
penulisan bentuk makalah, kesalahan kata-kata yang digunakan dalam makalah
tersebut, maka penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas terjadinya
kesalahan tersebut dan dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca makalah tersebut agar penulis bisa mengetahui kesalahan penulisan
makalah ini dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis agar penulis bisa
menulis dengan lebih baik dan menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian
hari.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A. Pengertian
kalam kontemporer .............................................................. 3
B. Ismail
Al-Faruqi ................................................................................... 3
1. Biografi Ismail
Al-Faruqi ............................................................ 3
2. Pemikiran kalam
Ismail Al-Faruqi ................................................... 4
C.
Hassan Hanafi .................................................................................... .. 6
1.
Biografi Hassan Hanafi ................................................................ .. 6
2.
Pemikiran kalam Hassan Hanafi ................................................... .. 7
BAB III : PENUTUP.............................................................................................. 9
A. Kesimpulan.......................................................................................... . 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu Kalam
merupakan salah satu ilmu yang mesti kita pelajari dari sekian banyak ilmu-ilmu
di dunia ini. Berbagai definisi telah banyak dikemukakan tokoh-tokoh Islam
mengenai ilmu ini. Begitu pula sebab-sebab penamaan serta berbagai nama lain
dari ilmu kalam. Namun dari sekian keterangan dapat disimpulkan bahwa ilmu
kalam merupakan ilmu yang mempelajari masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan-Nya yang dapat memeperkuat akan keyakinan terhadap-Nya dan
mampu memberikan hujjah dan argumentasi.
Ajaran Islam,
yang sumber ajarannya berasal dari Al-qur’an dan sunnah Nabi, diyakini oleh
umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi oleh
perputaran zaman. Pada dasarnya Islam itu satu, tetapi pada kenyataannya bahwa
tampilan Islam itu beragam, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya yang
beragam, perubahan jaman telah membawa budaya dan teknologi yang berbeda-beda.
Misalnya, ada komunitas yang senang menampilkan Islam dengan pemerintahan
kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republik. Bahkan, ada yang ingin
kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-Qur’an
dan Hadis dalam memahami ajaran Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang di
maksud pemikiran kalam kontemporer?
2.
Bagaimana
sejarah singkat dari biografi Ismail Al-Faruqi yang merupakan salah satu tokoh
dalam pemikiran kalam kontemporer?
3.
Bagaimana
pemikiran dari Ismail Al-Faruqi?
4.
Bagaimana
sejarah singkat dari biografi Hassan Hanafi yang merupakan salah satu tokoh
dalam pemikiran kalam kontemporer?
5.
Bagaimana
pemikiran dari Hassan Hanafi?
C.
Tujuan masalah
1.
Mahasiswa mampu
mengerti apa yang dimaksud pemikiran kalam kontemporer
2.
Mahasiswa mampu
mengetahui sejarah dari biografi Ismail Al-Faruqi
3.
Mahasiswa mampu
menjelaskan dari pemikiran-pemikiran dari Ismail Al-Faruqi
4.
Mahasiswa mampu
mengetahui sejarah biografi dari Hassan Hanafi
5.
Mahasiswa
mengerti tentang pemikiran dari Hasan Hanafi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian kalam kontemporer
Pemikiran kalam kontemporer merupakan gabungan dari pemikiran pada
masa klasik seperti pemikiran yang dikemukakan berbagai golongan aliran seperti
Khawarij, Jabariyah dan sebagainya yang masih bisa dipakai sesuai perkembangan
zaman yang berlaku dengan pemikiran pada masa modern seperti pemikiran Syekh
Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, dsb. Gabungan pemikiran ini terlahir pada saat
umat Islam dalam masa kemunduran sehingga ketika pemikiran Syekh Muhammad abduh
terpublikasi, banyak orang yang tersadar akan monotonnya perkembangan pemikiran
yang memotivasi dan menimbulkan berbagai perubahan dalam cara pandang umat
Islam.
B.
Ismail
Al-Faruqi
1. Biografi
singkat Ismail Al-Faruqi[1]
Al faruqi mempunyai nama
lengkap Ismail Ragi al-Faruqi, lahir pada tanggal 1 Januari 1921 di Jaffa
Palestina. Pada tahun 1941 ia mengambil kuliah filsafat di Amerika University
Beirut. Setelah mendapatkan gelar Bachelor of Arts, ia bekerja sebagai pegawai
negri sipil pada pemerintahan Inggris yang memegang mandate atas Palestina
ketika itu selama empat tahun. Karena kepemimpinannya menonjol, pada usia 24
tahun ia diangkat menjadi Gubernur Galilea. Ia tercatat sebagai gubernur
Galilea terakhir yang berdarah palestina.
Karena merasa kurang mendalam pengetahuan agamanya, meski sudah
doctor, maka al-Faruqi pergi ke Mesir. Selama 3 tahun ia berhasil menyelesaikan
studi pasca sarjana di Universitas al-Azhar.
Diantara kontribusi al-faruqi adalah dapat disebutkan sebagai
berikut. Pertama, adalah kepeloporannya dalam memperkenalkan program studi
Islam di Universitas AS, sehingga Hossein Nasr sampai mengapresiasikan sebagai
“sarjana muslim pertama yang mendedikasikan sepanjang hayatnya pada studi-studi
Islam di AS dan menjadikan AS sebagai kediaman terakhirnya ”.
2. Pemikiran kalam Ismail al-Faruqi[2]
Pemikiran Al-furuqi tentang kalam dapat ditelusuri melalui karyanya
yang berjudul, Tahwid:Its Implication for Thought and Life (edisi
Indonesia berjudul Tauhid). Sesuai dengan judulnya, buku ini mengupas hakikat
tauhid secara mendalam. Al-furuqi menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut.
a.
Tauhid sebagai inti pengalaman agama
Ini
pengalaman agama, kata Al-firuqi adalah Tuhan. Kalimat syahadat menempati
posisi sentral dalam setip kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim.
b.
Tauhid sebagai pandangan dunia
Tauhid
merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan waktu,
sejarah manusia, dan takdir.
c.
Tauhid sebagai intisari Islam
Dapat
dipastikan bahwa esensi peradapan Islam adalah islam sendiri, dan esensi islam
adalah tauhid atau pengesaan Tuhan. Tidak ada satu perintah pun dalam islam
yang dapat dilepaskan dari tauhid.
d.
Tauhid sebagai prinsip sejarah
Tauhid
menempatkan manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu etika ketika
keberhagaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat keberhasilan yang
dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu.
e.
Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
Berbeda
dengan “iman” Kristen, iman islam adalah kebenaran yang diberikan kepada
pikiran, bukan kepada perasaan manusia yang mudah mempercayai apa saja.
f.
Tauhid sebagai prinsip metafisika
Dalam
islam, alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, ia bersifat
teleologis, sempurna, dan teratur. Sebagai anugerah, ia merupakan kebaikan yang
tak mengandung dosa yang disediakan untuk manusia.
g.
Tauhid sebagai prinsip etika
Tauhid
menegaskan bahwa Tuhan telah memberi amanat-Nya kepada manusia, suatu amanat
yang tidak mampu dipikul oleh langit dan bumi, amanat yang mereka hindari
dengan penuh ketakutan.
h.
Tauhid sebagai prinsip tata social
Dalam
islam, tidak ada perbedaan antara manusia satu dan lainnya. Masyarakat islam
adalah masyarakat terbuka dan setiap manusia boleh bergabung dengannya, baik sebagai
anggota tetap ataupun sebagai yang dilindungi (dzimmah)
i.
Tauhid sebagai prinsip ummah
Al-furuqi
menjelaskan prinsip ummah tauhidi dengan tiga identitas: pertama, menentang
etnosentrisme. Maksutnya, tata social islam adalah universal, mencakup seluruh
umat manusia tanpa kecuali, tidak hanya untuk segelintir etnis. Kedua,
universalisme. Maksutnya, islam bersifat universal dalam arti meliputi seluruh
manusia. Cita-cita komunitas universal adalah cita-cita islam yang diungkapkan
dalam ummah dunia. Ketiga, totalisme. Maksudnya, islam relaven dengan setiap
bidang kegiatan hidup manusia.
j.
Tauhid sebagai prinsip keluarga
Al-furuqi
memandand bahwa selama tetap
melestarikan identitas mereka dari gerogotan Komunisme dan
ideolog-ideologi Barat, umat Islam akan menjadi masyarakat yang selamat dan
tetap menempati kedudukannya yang terhormat.
k.
Tauhid sebagai prinsip tata politik
Al-furuqi
mengaitkan tata politik tauhidi dengan dengan kekhalifahan.
l.
Tauhid sebagai prinsip tata ekonomi
Al-furuqi
melihat bahwa primis mayor implikasi islam untuk tata ekonomi melahirkan dua
prinsip utama: Pertama, bahwa tak ada seorang atau kelompok pun boleh memeras
yang lain. Kedua, tak satu kelompok pun boleh mengasingkan atau memisahkan diri
dari umat manusia lainnya dengan tujuan untuk membatasi kondisi ekonomi mereka
pada diri mereka sendiri.
m.
Tauhid sebagai prinsip estetika
Tauhid
tidak menentang kreativitas seni; juga tidak menentang kenikmatan dan
keindahan.
A.
Hasan Hanafi
1.
Biografi
singkat Hasan Hanafi[3]
Hasan Hanafi
lahir di kairo, 13 februari 1935, dari keluarga musisi. Pendidikan dasarnya,
tamat tahun 1948, kemudian di Madrasah Tsanawiyah “Khalil Agha” Kairo selesai
1952. Selama di tsanawiyah ini, Hanafi sudah aktif mengikuti diskusi-diskusi
kelompok Ikhwanul Muslimin, sehingga ia tahu pemikiran yang dikembangkan dan
aktivitas-aktivitas social yang yang dilakukan. Pada tahun 1966, ia berhasil
menyelesaikan program Master dan Doktornya.
Karir
akademiknya dimulai tahun 1967 ketika diangkat sebagai Lektor, kemudian Lektor
Kepala (1973), Profesor Filsafat (1980) pada jurusan Filsafat Universitas
Kairo, dan dipercaya sebagai ketua jurusan filsafat pada Universitas yng sama.
Di samping
dunia akademik, Hanafi juga aktif dalam organisasi ilmiah dan kemasyarakatan.
Aktif sebagai sekretaris umum Persatuan Masyarakat Filsafat Mesir, anggota
Ikatan Penulis Asia-Afrika, anggota Gerakan Solidaritas Asia-Afrika dan menjadi
wakil presiden Persatuan Masyarakat Filsafat Arab. Pemikirannya tersebar di
dunia Arab Eropa.
2.
Pemikiran kalam
Hasan Hanafi[4]
a.
Kritik terhadap
teologi Tradisional
Dalam gagasannya tentang rekobstruksi
teologi tradisional, Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat
konseptual kepercayaan (teologi) sesuai dengan perubahan konteks politik yang
terjadi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa teologi tradisonal lahir dalam
konteks sejarah ketika inti keislaman yang bertujuan untuk memelihara
kemurniannya. Hal ini berbeda dengan kenyataan sekarang bahwa Islam mengalami
kekalahan akibat kolonialisasi sehingga perubahan kerangka konseptal lama pada
masa-masa permulaan yang berasal dari kebudayaan klasik menuju kerangka
konseptual yang baru yang berasal dari kebudayaan modern harus dilakukan.
Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah
pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan merefleksikan
konflik sosial politik. Sehingga kritik teologi memang merupakan tindakan yang
sah dan dibenarkan karena sebagai produk pemikiran manusia yang terbuka untuk
dikritik. Hal ini sesuai dengan pendefenisian beliaun tentang definisi teologi
itu sendiri. Menurutnya teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan tidak
tunduk pada ilmu. Tuhan mengungkaplan diri dalam Sabda-Nya yang berupa wahyu.
Menurut Hasan Hanafi, teologi tradisional
tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar-benar hidup dan memberi
motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat manusia hal ini disebabkan oleh
sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan
nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga menimbulkan keterpercahan antara
keimanan teoritik dengan amal praktiknya di kalangan umat.
b.
Rekontruksi
Teologi
Melihat sisi-sisi kelemahan teologi
tradisional, Hanafilalu mengajukan saran rekontruksi teologi. Menurutnya,
adalah mungkin untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat
bagi masa kini, yaitu dengan melakukan rekontruksi dan revisi, serta nenbangun
kembali epistemologi lama yang rancu dan palsu menuju epiatemologi baru yag
sahih dan lebih signifikan. Tujuan rekontruksi teologi Hanafi adalah menjadikan
teologi tidak sekedar dogma-dogma keagamaan yang kosong, melainkan menjelma
sebagai ilmu tentang pejuang social, yang menjadikan keimanan-keimanan
tradisonal memiliki fungsi secara actual sebagai landasan etik dan motivasi
manusia.
Adapaun langkah untuk melakukan rekonstruksi
teologi sekurang-kurangnya dilatarbelakangi oleh tiga hal yaitu:
1) Kebutuhan
akan adanya sebuah ideologi yang jelas di tengah pertarungan global antara
berbagai ideologi.
2) Pentingnya
teologi baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya, tetapi juga terletak pada
kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideologi gerakan dalam
sejarah. Salah satu kepentingan teologi ini adalah memecahkan problem
pendudukan tanah di Negara-negara muslim.
3) Kepentingan
teologi yang bersifat praktis (amaliyah fi’liyah) yang secara nyata
diwujudkan dalam realisasi tauhid dalam dunia Islam. Hanafi menghendaki adanya
‘teologi dunia’ yaitu teologi baru yang dapat mempersatukan umat Islam di bawah
satu orde
Menurut Hanafi, rekontruksi teologi
merupakan salah satu cara yang mesti ditempuh jika mengharapkan agar teologi
dapat memberikan sumbangan yang kongkret dagi sejarah kemanusiaan. Kepentingan
rekontruksi itu pertama-tama untuk mentranformasikan teologgi menuju antropologi,
menjadikan teologi sebagai wacana tentang kemanusiaan,baik secara eksistensi,kognitif,
maupun kesejarahan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa Pemikiran kalam
kontemporer merupakan gabungan dari pemikiran pada masa klasik seperti
pemikiran yang dikemukakan berbagai golongan aliran seperti Khawarij, Jabariyah
dan sebagainya yang masih bisa dipakai sesuai perkembangan zaman yang berlaku
dengan pemikiran pada masa modern seperti pemikiran Syekh Muhammad Abduh, Muhammad
Iqbal, dsb.
Pemikiran Kalam Ismail Al-Faruqi
terletak pada inti pengalaman agama adalah Tuhan. Kalimat syahadat menempati
posisi sentral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim.
Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang,
waktu,sejarah manusia dan takdir. Tauhid ummah terdiri dari tiga identitas
yaitu Etnosentrisme, Universalisme, Totalisme dan Kemerdekaan. Tauhid tidak
menentang kreatifitas seni, kenikmatan, dan keindahan.Islam menganggap bahwa keindahan
mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendak-Nya yang diwahyukan dalam
firman-firman-Nya.
Sementara
Hasan Hanafi mengkritik teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah
pandangan yang benar-benar hidup dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan
kongkret umat manusia hal ini disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang
tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia.
Sehingga menimbulkan keterpercahan antara keimanan teoritik dengan amal
praktiknya dikalangan umat
DAFTAR PUSTAKA
Ma’ruf, Ahmad, Sholihudin, Anang.
2013. Ilmu kalam zaman klasik. Pasuruan: PeA Publisher.
Rozak,
Abdul, Anwar, Rosihon. 2006. Ilmu kalam. Bandung: Pustaka setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar