Perbandingan pendidikan

Selasa, 21 Oktober 2014

imron

“ILMU KALAM”
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam)

Dosen Pengampu:
Muhammad Nur  Hadi, M.PdI
Kelompok 5 :
1.          M. Imron Chanafi       (201386010021)
2.          Imatuz Zahiro                         (201386010013)
3.          Hadi Mulyono             (201386010011)
4.          Siti Juwariyah             (201386010016)
5.          M. Idris Hidayatulloh (201386010025)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
SENGONAGUNG PURWOSARI PASURUAN
2014

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pemberi petunjuk, saya telah berhasil menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Ilmu Kalam”. Makalah ini membahas keagungan dan keEsaan allah.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah memahamkan pada diri seseorang bahwa firman dan ke-Esaan allah itu perlu dalam pengalaman kita.
Selama proses menyelesaikan makalah tersebut, penulis sadar akan keterbatasan pengetahuan penulis, dan penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menulis makalah tersebut, kepada orang tua penulis yang telah membantu menyumbangkan pendapat dan saran bagi penulis, kepada dosen pembimbing penulis Bapak M Nur hadi  yang telah membimbing penulis dan membantu penulis dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah tersebut, mungkin masih ada kesalahan-kesalahan yang penulis lakukan, baik kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja, kesalahan dalam penulisan bentuk makalah, kesalahan kata-kata yang digunakan dalam makalah tersebut, maka penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas terjadinya kesalahan tersebut dan dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca makalah tersebut agar penulis bisa mengetahui kesalahan penulisan makalah ini dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis agar penulis bisa menulis dengan lebih baik dan menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari.


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi        .......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................ 1
C.     Tujuan Masalah.................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.    Pengertian kalam kontemporer .............................................................. 3
B.     Ismail Al-Faruqi  ................................................................................... 3
1.      Biografi Ismail Al-Faruqi  ............................................................    3
2.      Pemikiran kalam Ismail Al-Faruqi ................................................... 4
C.     Hassan Hanafi .................................................................................... .. 6
1.      Biografi Hassan Hanafi ................................................................ .. 6
2.      Pemikiran kalam Hassan Hanafi ................................................... .. 7
BAB III : PENUTUP.............................................................................................. 9
A.  Kesimpulan.......................................................................................... . 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10






BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Ilmu Kalam merupakan salah satu ilmu yang mesti kita pelajari dari sekian banyak ilmu-ilmu di dunia ini. Berbagai definisi telah banyak dikemukakan tokoh-tokoh Islam mengenai ilmu ini. Begitu pula sebab-sebab penamaan serta berbagai nama lain dari ilmu kalam. Namun dari sekian keterangan dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam merupakan ilmu yang mempelajari masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya yang dapat memeperkuat akan keyakinan terhadap-Nya dan mampu memberikan hujjah dan argumentasi.
Ajaran Islam, yang sumber ajarannya berasal dari Al-qur’an dan sunnah Nabi, diyakini oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi oleh perputaran zaman. Pada dasarnya Islam itu satu, tetapi pada kenyataannya bahwa tampilan Islam itu beragam, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya yang beragam, perubahan jaman telah membawa budaya dan teknologi yang berbeda-beda. Misalnya, ada komunitas yang senang menampilkan Islam dengan pemerintahan kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republik. Bahkan, ada yang ingin kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-Qur’an dan Hadis dalam memahami ajaran Islam.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud pemikiran kalam kontemporer?
2.      Bagaimana sejarah singkat dari biografi Ismail Al-Faruqi yang merupakan salah satu tokoh dalam pemikiran kalam kontemporer?
3.      Bagaimana pemikiran dari Ismail Al-Faruqi?
4.      Bagaimana sejarah singkat dari biografi Hassan Hanafi yang merupakan salah satu tokoh dalam pemikiran kalam kontemporer?
5.      Bagaimana pemikiran dari Hassan Hanafi?

C.       Tujuan masalah
1.      Mahasiswa mampu mengerti apa yang dimaksud pemikiran kalam kontemporer
2.      Mahasiswa mampu mengetahui sejarah dari biografi Ismail Al-Faruqi
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan dari pemikiran-pemikiran dari Ismail Al-Faruqi
4.      Mahasiswa mampu mengetahui sejarah biografi dari Hassan Hanafi
5.      Mahasiswa mengerti tentang pemikiran dari Hasan Hanafi
















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian kalam kontemporer
Pemikiran kalam kontemporer merupakan gabungan dari pemikiran pada masa klasik seperti pemikiran yang dikemukakan berbagai golongan aliran seperti Khawarij, Jabariyah dan sebagainya yang masih bisa dipakai sesuai perkembangan zaman yang berlaku dengan pemikiran pada masa modern seperti pemikiran Syekh Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, dsb. Gabungan pemikiran ini terlahir pada saat umat Islam dalam masa kemunduran sehingga ketika pemikiran Syekh Muhammad abduh terpublikasi, banyak orang yang tersadar akan monotonnya perkembangan pemikiran yang memotivasi dan menimbulkan berbagai perubahan dalam cara pandang umat Islam.
B.       Ismail Al-Faruqi
1.      Biografi singkat Ismail Al-Faruqi[1]
Al faruqi  mempunyai nama lengkap Ismail Ragi al-Faruqi, lahir pada tanggal 1 Januari 1921 di Jaffa Palestina. Pada tahun 1941 ia mengambil kuliah filsafat di Amerika University Beirut. Setelah mendapatkan gelar Bachelor of Arts, ia bekerja sebagai pegawai negri sipil pada pemerintahan Inggris yang memegang mandate atas Palestina ketika itu selama empat tahun. Karena kepemimpinannya menonjol, pada usia 24 tahun ia diangkat menjadi Gubernur Galilea. Ia tercatat sebagai gubernur Galilea terakhir yang berdarah palestina.
Karena merasa kurang mendalam pengetahuan agamanya, meski sudah doctor, maka al-Faruqi pergi ke Mesir. Selama 3 tahun ia berhasil menyelesaikan studi pasca sarjana di Universitas al-Azhar.
Diantara kontribusi al-faruqi adalah dapat disebutkan sebagai berikut. Pertama, adalah kepeloporannya dalam memperkenalkan program studi Islam di Universitas AS, sehingga Hossein Nasr sampai mengapresiasikan sebagai “sarjana muslim pertama yang mendedikasikan sepanjang hayatnya pada studi-studi Islam di AS dan menjadikan AS sebagai kediaman terakhirnya ”.

2.      Pemikiran kalam Ismail al-Faruqi[2]
Pemikiran Al-furuqi tentang kalam dapat ditelusuri melalui karyanya yang berjudul, Tahwid:Its Implication for Thought and Life (edisi Indonesia berjudul Tauhid). Sesuai dengan judulnya, buku ini mengupas hakikat tauhid secara mendalam. Al-furuqi menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut.
a.       Tauhid sebagai inti pengalaman agama
Ini pengalaman agama, kata Al-firuqi adalah Tuhan. Kalimat syahadat menempati posisi sentral dalam setip kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim.
b.      Tauhid sebagai pandangan dunia
Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan waktu, sejarah manusia, dan takdir.
c.       Tauhid sebagai intisari Islam
Dapat dipastikan bahwa esensi peradapan Islam adalah islam sendiri, dan esensi islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan. Tidak ada satu perintah pun dalam islam yang dapat dilepaskan dari tauhid.
d.      Tauhid sebagai prinsip sejarah
Tauhid menempatkan manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu etika ketika keberhagaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat keberhasilan yang dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu.
e.       Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
Berbeda dengan “iman” Kristen, iman islam adalah kebenaran yang diberikan kepada pikiran, bukan kepada perasaan manusia yang mudah mempercayai apa saja.
f.       Tauhid sebagai prinsip metafisika
Dalam islam, alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, ia bersifat teleologis, sempurna, dan teratur. Sebagai anugerah, ia merupakan kebaikan yang tak mengandung dosa yang disediakan untuk manusia.
g.      Tauhid sebagai prinsip etika
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah memberi amanat-Nya kepada manusia, suatu amanat yang tidak mampu dipikul oleh langit dan bumi, amanat yang mereka hindari dengan penuh ketakutan.
h.      Tauhid sebagai prinsip tata social
Dalam islam, tidak ada perbedaan antara manusia satu dan lainnya. Masyarakat islam adalah masyarakat terbuka dan setiap manusia boleh bergabung dengannya, baik sebagai anggota tetap ataupun sebagai yang dilindungi (dzimmah)
i.        Tauhid sebagai prinsip ummah
Al-furuqi menjelaskan prinsip ummah tauhidi dengan tiga identitas: pertama, menentang etnosentrisme. Maksutnya, tata social islam adalah universal, mencakup seluruh umat manusia tanpa kecuali, tidak hanya untuk segelintir etnis. Kedua, universalisme. Maksutnya, islam bersifat universal dalam arti meliputi seluruh manusia. Cita-cita komunitas universal adalah cita-cita islam yang diungkapkan dalam ummah dunia. Ketiga, totalisme. Maksudnya, islam relaven dengan setiap bidang kegiatan hidup manusia.
j.        Tauhid sebagai prinsip keluarga
Al-furuqi memandand bahwa selama tetap  melestarikan identitas mereka dari gerogotan Komunisme dan ideolog-ideologi Barat, umat Islam akan menjadi masyarakat yang selamat dan tetap menempati kedudukannya yang terhormat.
k.      Tauhid sebagai prinsip tata politik
Al-furuqi mengaitkan tata politik tauhidi dengan dengan kekhalifahan.
l.        Tauhid sebagai prinsip tata ekonomi
Al-furuqi melihat bahwa primis mayor implikasi islam untuk tata ekonomi melahirkan dua prinsip utama: Pertama, bahwa tak ada seorang atau kelompok pun boleh memeras yang lain. Kedua, tak satu kelompok pun boleh mengasingkan atau memisahkan diri dari umat manusia lainnya dengan tujuan untuk membatasi kondisi ekonomi mereka pada diri mereka sendiri.
m.    Tauhid sebagai prinsip estetika
Tauhid tidak menentang kreativitas seni; juga tidak menentang kenikmatan dan keindahan.
A.      Hasan Hanafi
1.      Biografi singkat Hasan Hanafi[3]
Hasan Hanafi lahir di kairo, 13 februari 1935, dari keluarga musisi. Pendidikan dasarnya, tamat tahun 1948, kemudian di Madrasah Tsanawiyah “Khalil Agha” Kairo selesai 1952. Selama di tsanawiyah ini, Hanafi sudah aktif mengikuti diskusi-diskusi kelompok Ikhwanul Muslimin, sehingga ia tahu pemikiran yang dikembangkan dan aktivitas-aktivitas social yang yang dilakukan. Pada tahun 1966, ia berhasil menyelesaikan program Master dan Doktornya.
Karir akademiknya dimulai tahun 1967 ketika diangkat sebagai Lektor, kemudian Lektor Kepala (1973), Profesor Filsafat (1980) pada jurusan Filsafat Universitas Kairo, dan dipercaya sebagai ketua jurusan filsafat pada Universitas yng sama.
Di samping dunia akademik, Hanafi juga aktif dalam organisasi ilmiah dan kemasyarakatan. Aktif sebagai sekretaris umum Persatuan Masyarakat Filsafat Mesir, anggota Ikatan Penulis Asia-Afrika, anggota Gerakan Solidaritas Asia-Afrika dan menjadi wakil presiden Persatuan Masyarakat Filsafat Arab. Pemikirannya tersebar di dunia Arab Eropa.
2.      Pemikiran kalam Hasan Hanafi[4]
a.       Kritik terhadap teologi Tradisional
     Dalam gagasannya tentang rekobstruksi teologi tradisional, Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual kepercayaan (teologi) sesuai dengan perubahan konteks politik yang terjadi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa teologi tradisonal lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman yang bertujuan untuk memelihara kemurniannya. Hal ini berbeda dengan kenyataan sekarang bahwa Islam mengalami kekalahan akibat kolonialisasi sehingga perubahan kerangka konseptal lama pada masa-masa permulaan yang berasal dari kebudayaan klasik menuju kerangka konseptual yang baru yang berasal dari kebudayaan modern harus dilakukan.
     Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan merefleksikan konflik sosial politik. Sehingga kritik teologi memang merupakan tindakan yang sah dan dibenarkan karena sebagai produk pemikiran manusia yang terbuka untuk dikritik. Hal ini sesuai dengan pendefenisian beliaun tentang definisi teologi itu sendiri. Menurutnya teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan tidak tunduk pada ilmu. Tuhan mengungkaplan diri dalam Sabda-Nya yang berupa wahyu.
     Menurut Hasan Hanafi, teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar-benar hidup dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat manusia hal ini disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga menimbulkan keterpercahan antara keimanan teoritik dengan amal praktiknya di kalangan umat.
b.      Rekontruksi Teologi
     Melihat sisi-sisi kelemahan teologi tradisional, Hanafilalu mengajukan saran rekontruksi teologi. Menurutnya, adalah mungkin untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masa kini, yaitu dengan melakukan rekontruksi dan revisi, serta nenbangun kembali epistemologi lama yang rancu dan palsu menuju epiatemologi baru yag sahih dan lebih signifikan. Tujuan rekontruksi teologi Hanafi adalah menjadikan teologi tidak sekedar dogma-dogma keagamaan yang kosong, melainkan menjelma sebagai ilmu tentang pejuang social, yang menjadikan keimanan-keimanan tradisonal memiliki fungsi secara actual sebagai landasan etik dan motivasi manusia.
      Adapaun langkah untuk melakukan rekonstruksi teologi sekurang-kurangnya dilatarbelakangi oleh tiga hal yaitu:
1)  Kebutuhan akan adanya sebuah ideologi yang jelas di tengah pertarungan global antara berbagai  ideologi.
2)  Pentingnya teologi baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya, tetapi juga terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideologi gerakan dalam sejarah. Salah satu kepentingan teologi ini adalah memecahkan problem pendudukan tanah di Negara-negara muslim.
3)  Kepentingan teologi yang bersifat praktis  (amaliyah fi’liyah) yang secara nyata diwujudkan dalam realisasi tauhid dalam dunia Islam. Hanafi menghendaki adanya ‘teologi dunia’ yaitu teologi baru yang dapat mempersatukan umat Islam di bawah satu orde
     Menurut Hanafi, rekontruksi teologi merupakan salah satu cara yang mesti ditempuh jika mengharapkan agar teologi dapat memberikan sumbangan yang kongkret dagi sejarah kemanusiaan. Kepentingan rekontruksi itu pertama-tama untuk mentranformasikan teologgi menuju antropologi, menjadikan teologi sebagai wacana tentang kemanusiaan,baik secara eksistensi,kognitif, maupun kesejarahan.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pemikiran kalam kontemporer merupakan gabungan dari pemikiran pada masa klasik seperti pemikiran yang dikemukakan berbagai golongan aliran seperti Khawarij, Jabariyah dan sebagainya yang masih bisa dipakai sesuai perkembangan zaman yang berlaku dengan pemikiran pada masa modern seperti pemikiran Syekh Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, dsb.
            Pemikiran Kalam Ismail Al-Faruqi terletak pada inti pengalaman agama adalah Tuhan. Kalimat syahadat menempati posisi sentral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, waktu,sejarah manusia dan takdir. Tauhid ummah terdiri dari tiga identitas yaitu Etnosentrisme, Universalisme, Totalisme dan Kemerdekaan. Tauhid tidak menentang kreatifitas seni, kenikmatan, dan keindahan.Islam menganggap bahwa keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendak-Nya yang diwahyukan dalam firman-firman-Nya.
            Sementara Hasan Hanafi mengkritik teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar-benar hidup dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat manusia hal ini disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga menimbulkan keterpercahan antara keimanan teoritik dengan amal praktiknya dikalangan umat




DAFTAR PUSTAKA
Ma’ruf, Ahmad, Sholihudin, Anang. 2013. Ilmu kalam zaman klasik. Pasuruan: PeA Publisher.

Rozak, Abdul, Anwar, Rosihon. 2006. Ilmu kalam. Bandung: Pustaka setia.



[1]  Ma’ruf, Ahmad, Sholihudin, Anang. 2013. Ilmu kalam zaman klasik. Pasuruan: PeA Publisher, hal :
[2] Rozak, Abdul, Anwar, Rosihon. 2006. Ilmu kalam. Bandung: Pustaka setia. hal : 230-233
[3] Ma’ruf, Ahmad, Sholihudin, Anang. 2013. Ilmu kalam zaman klasik. Pasuruan: PeA Publisher, hal :
[4] Rozak, Abdul, Anwar, Rosihon. 2006. Ilmu kalam. Bandung: Pustaka setia. hal :234-238

Tidak ada komentar:

Posting Komentar