Perbandingan pendidikan

Senin, 20 Oktober 2014

Kelompok 1

MAKALAH
“ALIRAN ILMU KALAM KLASIK (MU’TAZILAH)”
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Kalam)
Dosen Pengampuh:
Muhammad Nur Hadi, S.Ag, M.PdI
logo yudharta













Disusun oleh kelompok 1:
1.      Abidatul Lailia                        (201386010003)
2.      Dewi Masruroh                       (2013860100  )
3.      Faza zainul M                          (2013860100  )
4.      Siti Nur Rahmawati                (201386010032)
5.      Erviana safitri                          (201386010033)




PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2014

 Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Judul makalah ini adalah “ALIRAN ILMU KALAM KLASIK (MU’TAZILAH)”
Sholawat teriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita,Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benerang yakni Addinul islam wal iman .
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb 



Pasuruan , 21  Oktober 2014


Penulis 






Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................            i
Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ............................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C.     Tujuan………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN                                                                             
A.       Sejarah Munculnya Aliran Mu’tazilah…………………………2
B.       Tokoh-Tokoh Mu’tazilah ……………………………………...2
C.       Ajaran-Ajaran Doktrin Mu’tazilah……………………………. 3
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan................................................................................. 6
B.       Saran........................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................           7

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Ilmu kalam merupakan ilmu yang berhubungan dengan firman Allah yang berkaitan dengan firman-Nya. Pemikiran ilmu kalam sendiri juga disinggung oleh beberapa tokoh, salah satunya ialah para tokoh aliran Mu’tazilah.
Didalam makalah ini akan membahas salah satu golongan dari umat islam yang terpecah menjadi banyak golongan, yaitu golongan mu’tazilah. Mu’tazilah adalah salah satu golongan dari sekian banyaknya golongan yang mengatas namakan dirinya sebagai Ahlusunnah wal jama’ah. Mereka membuat teori sendiri dan ajaran-ajarannya sendiri yang kadangkala bertentangan dengan ajaran islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah munculnya aliran Mu’tazilah.
2.      Siapa saja tokoh-tokoh Mu’tazilah.
3.      Bagaimana ajaran doktrin Mu’tazilah.

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah munculnya aliran Mu’tazilah.
2.      Untuk mengetahui para tokoh Mu’tazilah.
3.      Untuk mengetahui ajaran-ajaran doktrin mu’tazilah.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah
Secara harfiah kata mu’tazilah berasal dari kata I’tizal yang artinya memisahkan diri. Sedangkan Mu’tazilah adalah orang-orang yang memisahkan diri. Secara teknis istilah Mu’tazilah menunjuk pada dua golongan.[1]
Golongan pertama, muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya, terutama Mu’awiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair.
Golongan kedua, muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Murji’ah akibat adanya peristiwa Tahkim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Murji’ah tentang pemberian status kafir kepada orang yang berbuat dosa besar.
B.     Tokoh-Tokoh Mu’tazilah
Adapun para tokoh aliran Mu’tazilah dan pemikiran-pemikirannya adalah sebagai berikut :[2]
1.      Washil bin ‘Ata
Wasil bin ‘Ata dilahirkan di Madinah tahun 70 H. Dia pindah ke Basrah untuk belajar. Disana dia berguru kepada seorang tokoh dan ulama besar yang masyhur yaitu Hasan Al-Basri.
            Wasil bin ‘Ata termasuk murid yang pandai, cerdas tekun belajar. Dia berani mengeluarkan pendapatnya yang berbeda dengan gurunya sehingga dia kemudian bersama pengikutnya dinamakan golongan Mu’tazilah.
Pemikiran-pemikiran beliau bahwa seorang muslim yang berbuat dosa besar dihukumi tidak mukmin dan tidak pula kafir, tapi fasik. Keberadaan orang tersebut di antara mukmin dan kafir.
2.      Abu Huzail Al-Allaf
Abu Huzail Al-Allaf dilahirkan tahun 135 H/751 M. Dia berguru kepada Usman Al-Tawil (murid Wasil bin ‘Ata). Dia hidup pada zaman di mana ilmu pengetahuan seperti filsafat dan ilmu-ilmu dari Yunani telah berkembang pesat di bagian dunia arab.
            Pengaruh ilmu-ilmu tauhid sedikit banyak mempengaruhi pemikiran-pemikirannya dalam masalah teologi.
3.      Al-Jubai
Beliau mempunyai nama asli Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir tahun 25 H/849 M di Jubai. Berguru kepada Al Syahham, salah seorang murid Abu Hujail.
Beliau mempunyai pola pikir yang tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh Mu’tazilah dan memecahkan persoalan teologi.
4.      Az- Zamakhsyari
Az- Zamakhsyari lahir pada tahun 467 H. beliau belajar di beberapa negeri. Az- Zamakhsyari pernah bermukim di tanah suci dalam rangka belajar agama. Selama di tanah suci beliau banyak menggunakan waktunya untuk menyusun kitab tafsir Al-Kasysyaf yang berorientasi pada paham Mu’tazilah.
C.    Ajaran-ajaran doktrin Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah mempunyai 5 pokok ajaran yang disebut dengan Ushulul Khamsah.

a.       At-Tauhid
Tauhid disini maksudnya meng-Esa-kan Tuhan dari segala sifat dan af’alnya yang menjadi pegangan bagi akidah islam.
Ketauhidan dari golongan Mu’tazilah adalah:
1.            Tuhan tidak bersifat Qadim, kalau sifat Tuhan Qadim berarti Allah berbilang-bilang.
2.            Mereka menafikan sifat-sifat Allah sebab jika Allah itu bersifat dan sifatnya itu bermacam-macam maka Allah itu berbilang.
3.            Allah bersifat Aliman, Qadiran, Hayyan, Samian, Basyiran dan sebagainya adalah dengan zat Allah yang berarti berdiri sendiri.
4.            Allah tidak dapat diterka dan dilihat dengan mata walaupun di akhirat nanti.
5.            Mereka menolak aliran Mujassimah, Musyabihah, Dualisme, dan Trinitas.
6.            Tuhan itu Esa bukan benda dan bukan Arrad serta tidak berlaku tempat (arah) pada-Nya.
b.      Al-Adlu (keadilan)
Manusia memiliki kebebasan dalam segala perbuatannya dan tindakannya, karena kebebasan itulah manusia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
Lebih jauhnya  tentang keadilan ini,mereka berpendapat:
1.            Tuhan menguasai kebaikan serta tidak menghendaki keburukan.
2.            Manusia bebas berbuat dan kebebasan ini karena Qudrat (kekuasaan) yang dijadikan Tuhan pada diri manusia.
3.            Makhluk diciptakan Tuhan atas dasar hikmah kebijaksanaan.
4.            Tuhan tidak melarang atas sesuatu kecuali terhadap yang dilarang dan tidak menyuruh kecuali yang disuruh-Nya.
5.            Kaum Mu’tazilah tidak mengakui bahwa manusia itu memiliki Qudrat dan Iradat. Tetapi Qudrat dan Iradat tersebut hanya merupakan pinjaman belaka.
6.            Manusia dapat dilarang atau dicegah untuk melakukan Qudrat dan Iradat.
c.       Al-Wa’du wal Wa’di ( janji dan ancaman)
Prinsip janji dan ancaman yang dipegang oleh kaum Mu’tazilah adalah untuk membuktikan keadaan Tuhan sehingga manusia dapat merasakan balasan Tuhan atas segala perbuatannya.
Ajarannya ialah:
1.            Orang mukmin yang berdosa besar lalu mati sebelum tobat maka ia tidak akan mendapat ampunan Tuhan.
2.            Di akhirat tidak akan ada Syafaat sebab Syafaat berlawanan dengan Al-Wa’du wal Wa’di.
3.            Tuhan akan membalas kebaikan manusia yang telah berbuat baik dan akan menjatuhkan siksa terhadap manusia yang melakukan kejahatan.
d.      Al-Manzilah bain al-manzilatain (tempat diantara dua tempat)
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab Mu’tazilah. Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar dan belum bertobat maka mereka bukan lagi mukmin atau kafir tetapi fasik dan nantinya akan ditempatkan di suatu tempat yang berada di antara surga dan neraka.
e.       Amar Ma’ruf  Nahi Munkar (Menyuruh kebaikan dan melarang kejelekan)
Ajaran dasar yang kelima adalah menyuruh kebajikan dan melarang kemunkaran. Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan.. ini merupakan kosekuensi logis dari keimanan seseorang.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang mukmin dalam beramar ma’ruf  dan nahi munkar, seperti yang dijelaskan oleh salah seorang tokohnya, Abd Al-Jabbar, yaitu :[3]
1.            Ia mengetahui perbuatan yang disuruh itu memang ma’ruf  dan yang dilarang itu nahi munkar.
2.            Ia mengetahui bahwa kemunkaran telah nyata dilakukan seseorang.
3.            Ia mengetahui bahwa perbuatan amar ma’ruf atau nahi munkar tidak akan membawa mudarat yang lebih besar.
4.            Ia mengetahui atau paling tidak  menduka bahwa tindakannya tidak akan membahayakan dirinya dan hartanya.
Aliran Mu’tazilah berpusat di dua tempat, yaitu di Basrah dan Baghdad. Dalam perkembangan selanjutnya, aliran Mu’tazilah terpecah belah menjadi lebih dari 20 aliran, namun semuanya masih berprinsip dari lima ajaran tersebut.
Hingga sekarang aliran Mu’tazilah secara fisik telah tenggelam ditelan gelombang sejarah. Namun namanya masih kita kenang dan pemikiran-pemikirannya terkadang menjelma pada pemikiran manusia sekarang.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Mu’tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti bagi perilaku dosa besar. Menurut Mu’tazilah setiap pelaku dosa besar menempati posisi tengah di antara posisi mukmin dan posisi kafir.

B.     SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna. Kami harap pembaca dapat menambah wawasan tentang aliran ilmu kalam klasik Mu’tazilah dengan membaca buku-buku ilmu kalam lainnya.













DAFTAR PUSTAKA

v  Ahmad  Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 1998.
v  Rozak  Abdul, Ilmu Kalam, Bandung : Pustaka Setia, 2006.



[1] Ahmad  Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 1998.Hal: 77.
[2]Rozak  Abdul, Ilmu Kalam, Bandung : Pustaka Setia, 2006. Hal: 164-165.
[3]Rozak  Abdul, Ilmu Kalam, Bandung : Pustaka Setia, 2006. Hal: 86.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar